**
X Magazine |
INDONESIA ATLANTIS | Membuka tabir yang menghubungkan Atlantis dengan Indonesia
memang mengasikkan. Cerita indah tentang masa kejayaan peradaban pada suatu
massa "apalagi di Indonesia" seolah mampu menyirami hati yang hampir
sebagian masyarakat kita belakangan ini terpuruk karena berbagai persoalan
bangsa.
Setidaknya,
berdasarkan pemikiran saya, cukup memotivasi dan menambah rasa percaya diri
agar berani bermimpi tentang hal-hal besar yang dalam kurun waktu panjang
jarang dilakukan masyarakat Indonesia.
Masyarakat
Indonesia pernah bermimpi besar dan terbukti menjadi nyata. Yakni ketika
mengimpikan untuk merdeka dari tangan penjajah di saat segala sesuatunya boleh
dianggap tidak memungkinkan. Dan, entah kenapa lama-kelamaan malah semakin
redup.
Atau memang
kita perlu sosok-sosok seperti pendahulu kita, sosok seperti Soekarno Presiden
pertama Indonesia. Sosok yang berani mangajak masyarakat nya untuk bermimpi
besar. Sehingga tumbuh menjadi keyakinan.
Kenapa harus
tumbuh menjadi keyakinan? Karena keyakinan lah yang membuat segala sesuatu itu
menjadi nyata. Keyakinanlah yang membuat sesuatu bisa menjadi pasti. Keyakinan
lah yang mampu mengalahkan hukum logika.
Sekali lagi,
keyakinanlah inti dari berbagai penciptaan yang dilakukan manusia. Keyakinan
lah yang harus dimiliki manusia untuk mampu melakukan berbagai hal. Keyakinan
lah yang memunculkan sumber daya maha tinggi sang pencipta sehingga bisa
dirasakan manusia.
Keyakinan
pula yang membuat buah dari pemikiran-pemikiran yang ghaib menjadi nyata.
Banyak agama, banyak aliran kepercayaan, banyak ajaran-ajaran, ilmu, dan
lainnya, menekankan tumbuhnya sebuah keyakinan sehingga mampu melihat dan
merasakan keberadaanya.
Ah.. Jadi
terlalu panjang mukadimanya. Dan intinya untuk postingan kali ini, lebih kepada
menumbuhkan motivasi dan rasa percaya diri kita sebagai bangsa besar dan mampu
untuk berbuat hal-hal besar.
Indonesia
adalah pewaris masa kejayaan Atlantis dan keyakinan masyarakat Indonesia itu
sendirilah yang nantinya akan mewujudkan bahwa kejayaan itu bisa kembali
menjadi nyata. Syarat sebagai bangsa besar dan berjaya, pada dasarnya di miliki
benar oleh alam Indonesia. Negeri makmur nan subur dengan berbagai potensi alam
yang kaya dan berlimpah ruah.
Tidak akan
ada sebuah bangsa, golongan, kelompok, atau persatuan yang mampu menahannya
ketika keyakinan itu muncul. Bahkan, tangan tuhan pun akan muncul untuk segera
membuatnya menjadi nyata.
Untuk
sekedar menambah keyakinan itu, saya kutip dari http://sosbud.kompasiana.com/
sebuah artikel yang berjudul "Cendana, Cengkeh, Pala sebagai Pembuka Tabir
Misteri Geografis Atlantis yang Hilang"
Artikel yang
di tulis oleh Chris Boro Tokan ini cukup memikat dan membuat pemikiran kita
seolah menjelajah kembali kemasa silam. Sebenarnya, jika kita ingin sekali lagi
melihat di sekeliling kita, bukti nyata syarat bangsa Indonesia menjadi besar
itu sebenarnya lengkap.
"Tanpa
di edit", Chris Boro Tokan menulis bahwa:
Adalah
seorang Munandjar Widiyatmika menegaskan bahwa atas dasar pemberitaan tertulis
perdagangan cendana yang berlangsung sekitar awal abad Masehi, secara tidak
langsung merupakan bukti mulainya masa sejarah Nusa Tenggara Timur. Cendana
yang sangat laku di pasaran dunia adalah hasil dari bumi Nusa Tenggara Timur.
Memang cendana juga dihasilkan oleh beberapa pulau di wilayah Oceania, namun
cendana dari wilayah tersebut baru masuk pasar internasional setelah orang
barat mencapai wilayah tersebut (Dalam Karyanya LINTASAN SEJARAH BUMI CENDANA,
Thn 2007), hal 18-19.
Begitupun
Cengkeh dan Pala terkenal di dunia sebagai rempah-rempah yang dicari orang
Barat (Eropa), merupakan komoditi yang tidak ada dua-nya di bumi ini, menjadi
ciri wilayah kepulauan Maluku. Membuat para petualangan rempah-rempah terkecoh
dengan Semenanjung Malaya (Malasya) yang saat itu hanya sebagai bandar
perdagangan, menamakan Malaka untuk Selat yang meghubungkan Pulau Sumatra
dengan Semenanjung Melayu.
Sesungguhnya
nama Malaka itu milik Maluku (Indonesia), karena nama itu asalnya dari kata
Mollucas yang berarti Rempah-rempah (Bandingkan Arysio Santos : ATLANTIS The
Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost
Civilization (2005), diindonesiakan (2009) plus subjudul: INDONESIA TERNYATA
TEMPAT LAHIR PERADABAN DUNIA, hal. 236).
Spanyol vs
Portugis, Portugis vs Belanda
Sedemikian
masyurnya cendana putih dari NTT dan rempah-rempah dari Maluku, sehingga konon
para pedagang Melayu suka berkata, “Tuhan menciptakan NTT untuk kayu cendana,
Banda untuk pala, dan Maluku untuk cengkeh”. Karena kemasyuran Cengkeh dan Pala
membuat di antara bangsa Barat (Spanyol dan Portugis) bertikai untuk
memperebutkan wilayah ini yang melibatkan Vatikan (Sri Paus) turun tangan
melerai. Begitupun kewangian Cendana, juga Cengkeh dan Pala yang tidak ada
dua-nya di dunia, belakangan membuat bangsa Belanda bertikai dengan bangsa
Portugis di bumi Maluku berujung di bumi NTT.
Tercatat dua
orang Paus di era masing-masing mereka menduduki Takhta Suci Vatikan, memediasi
Perjanjian untuk mengakhiri konflik Spanyol versus Portugis (Dalam Rene
Albrecht-Carrie, Europe 1500 – 1848, Copyright 1962 By Liitlefield, Adams &
Co, Paterson, New Jersey, hal. 43). Adalah Paus Pius Alexander VI turun tangan
menengahi melalui Perjanjian Trodisillas 1494, berisi: 1, Bangsa Portugis
mendapat dunia kafir sebelah Timur, sedangkan dunia kafir sebelah Barat
diserahkan kepada Spanyol. 2, Garis demarkasi kedua daerah ini ialah garis
meridian 370 mil sebelah Barat pulau-pulau Tanjung Verde (Tanjung Hidjau).
Campur
tangan Sri Paus untuk melerai pertikaian atas dua negera kolonial katolik ini,
dapat diapahami dalam misi yang diemban oleh masing-masing negara antara lain
tugas suci (ghospel). Tugas suci untuk menyebarkan agama Kristen kepada
penduduk dunia, selain meningkatkan kedigdayaan negara dengan menaklukan dan
menemukan daerah baru (glory), serta memperoleh emas dan rempah-rempah (gold)
dari daerah baru yang ditemui dan ditaklukan. Belakangan muncul bangsa Belanda
dalam pertikaian di wilayah cendana dan rempah-rempah versus bangsa Portugis.
Dengan
demikian dapat terpahami, bahwa usaha bangsa Barat melakukan petualangan
pelayaran yang melegenda seperti Amerigo Verpuci, Marco Polo, Magelhaens, Vasco
da Gama, Christoforus Columbus untuk menemukan daerah baru, menaklukan/menjajah
wilayah bangsa lain, senantiasa untuk tugas suci keagamaan (Ghospel). Selain
demi keharuman nama negara masing-masing (Glory), juga untuk urusan menemukan
sumber ekonomi yakni emas dan rempah-rempah (Gold), diakronim dengan sebutan:
3G. Rempah-rempah dan emas, antara lain menjadi pembuka tabir geografis
pencarian surga empirik yang hilang (Atlantis yang hilang). Karena sesungguhnya
petualangan pelayaran dalam mengelilingi dunia oleh Bangsa Barat itu hendak
menemukan surga empirik yang hilang itu.
Perjanjian
Trodisillas bagi kedua bangsa yang bertikai, belum menjamin kepastian kekuasaan
mereka di Wilayah kepulauan Maluku. Masing-masing mereka (Spanyol dan Portugis)
mengklaim berhak atas wilayah rempah-rempah itu. Memaksa Paus Clemens VII
memediasi melalui Perjanjian Saragoza tahun 1529, bahwa: 1, Bangsa Spanyol
tidak boleh menginjak kepulauan Maluku lagi. 2, Sebagai ganti rugi bangsa
Spanyol mendapat 350.000 crusados. 3, Kepulauan Filipina dikuasakan kepada
orang Spanyol.
Namun kurang
lebih se abad kemudian, yakni 25 Februari 1605, Bangsa Belanda menduduki
Benteng Porutgis di Pulau Ambon (Maluku), memaksa orang-orang Portugis
berpindah. Sebagian berpindah ke Philipina, dan sebagiannya menuju benteng
pertahanan mereka di pulau Solor. Belakangan menjadi pertikaian bangsa Portugis
dengan bangsa Belanda memperebutkan wilayah wewangian cendana bumi NTT.
Pertikaian ini diatasi melalui Traktat Lisabon tanggal 20 April 1859, berisi:
1, Portugis menyerahkan haknya atas kepulauan Solor dan Kepulauan Qalliau. 2,
Portugis melepaskan haknya atas Pulau Timor, kecuali bagian Timurnya. 3,
Portugis mendapat pergantian kerugian sebesar 200.000 gulden dari negeri
Belanda. 4. Belanda harus menjamin perawatan rochani umat Kristen Katolik di
kepulauan Solor, Kepulauan Qalliau dan pulau Timor bagian Barat (Bandingkan
Martinus Luli Hada dalam Skripsi ADONARA MENENTANG IMPERIALIS, 1974, hal.
13-14, dan 28).
Pertikaian
bangsa Spanyol vs bangsa Portugis memperebutkan wilayah Maluku, pertikaian
bangsa Portugis vs bangsa Belanda memperebutkan wilayah Maluku dan NTT,
menandakan betapa penting ke dua wilayah ini bagi bangsa Eropa. Pertikaian
disebabkan oleh Cendana, Cengkeh dan Pala, selain itu juga strategisnya wilayah
ini dalam pelayaran samudra tempo dulu. Strategisnya perairan laut Maluku
menjadi pintu masuk dari samudra Pasifik, sedangkan perairan NTT dalam posisi
pintu masuk dari samudra Hindia. Dengan demikian jalur kepulauan Maluku menjadi
penghubung dari Timur (gerbang masuk dari samudra Pasifik) untuk menuju ke
Barat (melalui samudra Hindia). Begitupun sebaliknya kepulauan NTT menjadi
penghubung dari Barat (gerbang masuk dari samudra Hindia) menuju ke Timur
(melalui samudra Pasifik).
Pembuka
Tabir Misteri Atlantis yang Hilang, tempat Matahari Terbit dan Terbenam
Misteri
tentang Atlantis yang Hilang dalam polemik berabad-abad melalui kajian para
pengarang yang berlandaskan warisan gagasan Filsuf Besar Yunani, Plato (dalam
Timaeus dan Critias), terbuktikan berada di wilayah Indonesia. Pembuktian itu
melalui kajian Arysio Santos (hal. 68-280, 533-554), yang menegaskan bahwa dari
sekian wilayah di dunia yang diselidiki sebagai lokasi Atlantis yang hilang
(surga empirik yang hilang) itu, ternyata wilayah Indonesia yang memenuhi
persayaratan.
Meneguhkan
penandasan Arysio Santos mengenai wilayah Indonesia yang sesungguhnya menjadi
wilayah Atlantis yang Hilang, tentunya posisi geografis Kepulauan Nusa Tenggara
(NTB dan NTT) dan Kepulauan Maluku menjadi sangat penting, sebagai pembuka
tabir misteri Surga Empirik yang hilang itu. Seperti elaborasi Arysio Santos
terhadap sebutan Pulau versi Plato, yakni nesos dalam bahasa Yunani,
sesungguhnya merujuk kepada pulau-pulau versi dunia di Indonesia. Kata nesos
berarti tanah yang tenggelam dari kata dvipa yang digunakan oleh orang-orang
Hindu, berarti juga benua (hal. 22).
Telusuran
lebih jelas tentang kata insula dari bahasa Latin dan kata nesos dari bahasa
Yunani, pada dasarnya dari kata incu bahasa Dravida, berarti tanah yang berair,
rawa. Menurut Diodorus Siculus, atlantis yang tenggelam dalam rawa Tritonides,
sekaligus menegaskan bahwa Atlantis adalah benua yang tenggelam. Berikut kiasan
untuk surga atalantis yang hilang dikenal dengan Taman Hesperides (atau
Atlantides) sesungguhnya bermakna taman yang memiliki dua perairan dari bahasa
Dravida yang merujuk makna kata dvipa=dvi-ap, berarti memiliki air di kedua
sisi(hal 22-23).
Tercermati
makna dua perairan dari kata dvipa=dvi-ap (bahasa Dravida) itu merujuk kepada
perairan samudra Pasifik dengan samudra Hindia. Dua perairan yang menjadi
gerbang masuk dari Timur menuju Barat atau dari Barat menuju Timur. Gerbang
masuk, oleh Plato menegaskan sebagai salah satu indikator geografis terletak
Benua Atlantis yang Hilang (Surga Empirik yang Hilang). Merujuk keyakinan
Buddha Amitabha menandaskan bahwa itu wilayah sesungguhnya Surga Buddha tempat
Matahari Terbit, yakni di Barat (Arysio Santos, hal. 36).
Dapat
termaklumi bahwa Barat yang dimaksudkan sebagai tempat Surga Buddha itu,
sesungguhnya Barat Terjauh (Kepulauan Nusa Tenggara), dan di situ juga Timur
Terjauh (Kepulauan Maluku). Kedua wialayah ini terletak pada poros bumi, dua
ujung terjauh dunia bertemu: yakni penyatuan ujung Timur dan ujung Barat dari
Bumi. Timur Terjauh dan Barat Terjauh menunjuk kepada satu wilayah/ satu lokasi
dalam pengertian purba. Mengingat Bumi berbentuk bulat, sehingga ujung Timur
Terjauh dan ujung Barat Terjauh itu menyatu menjadi satu tempat/satu wilayah
(Arysio Santos, hal.27-28). Wilayah itu adalah terbit dan terbenamnya Matahari,
lokasi Surga Empirik yang Hilang, tempat Taman Eden (Kebun Firdaus yang
Hilang), ibukota kekaiseran Atlantis yang Hilang.
Timur
Terjauh menjadi wilayah kepulauan Maluku penghasil rempah-rempah (Cengkeh dan
Pala), komoditi yang tidak ada duanya di bumi. Barat Terjauh dalam hal ini Nusa
Tenggara Timur wilayah penghasil Kayu Cendana yang kualitas kewangiannya sampai
kekinian tidak tertandingi di dunia. Wilayah penghasil rempah-rempah dan bahan
wewangian antara lain menjadi bagian fakta flora penegasan gagasan Plato
tentang ciri Benua Atlantis yang Hilang (Arysio Santos,hal. 134). Dengan
demikian fakta flora dan fakta letak geografis tentang Benua Atlantis yang
Hilang (Surga Empirik yang Hilang), seperti yang digagaskan Plato dan
dielaborasi Arysio Santos, sulit terbantahkan untuk menempatkan Nusa Tenggara
dan Maluku sebagai bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sekaligus
sebagai bukti nyata bahwa Atlantis yang Hilang itu menjadi pewaris yang syah:
adalah Indonesia.
Memang, jasa
almarhum Arysio Santos untuk membuktikan Indonesia sebagai ahli waris syah
wilayah Atlantis yang Hilang (Surga Empirik yang Hilang), tidak dapat
tertandingi dan sulit untuk dibantah oleh siapapun. Namun penegasan lokasi
Selat Sunda dan Pulau Sumatra menjadi penunjuk poros tentang ibukota kekaiseran
Atlantis yang Hilang itu (hal. 533-554), terletak di Pulau Sumatra atau
Taprobane (sebutan purba untuk pulau Sumatra), tentu masih harus dikaji secara
cermat. Pengkajian secara cermat, demi pembuktian lokasi Matahari Terbit dan
Matahari Terbenam, yakni Timur Terjauh dan Barat Terjauh. Karena di tempat
Matahari Terbit dan Matahari Terbenam itu, sesungguhnya poros Taman Eden (Kebun
Firdaus), sekaligus ibukota Kekaiseran Surga Empirik yang Hilang (Atlantis yang
Hilang).*** Dataran Oepoi, Kota Karang Kupang, Tanah Timor, Tanggal 2 Mei
2011.
Oke
terimakasih Chris Boro Tokan telah menyibukkan diri, berpikir, dan meluangkan
waktunya untuk membaca lalu menulis. Mencari pembuktian dan pembenaran tentang
Indonesia sebagai pewaris kejayaan Atlantis.
Tidak lah
layak lagi kita untuk memungkiri tentang hubungan Atlantis dengan Indonesia.
Malah yang perlu dilakukan adalah berupaya mempercayainya dan menumbuhkan
keyakinan di diri kita tentang hal itu. Sehingga kebesaran yang pernah hilang
itu bisa muncul lagi.
Sekali lagi,
yang kita butuhkan hanyalah keyakinan. Bahkan keyakinan bisa melampaui logika.
Contoh kasarnya, seberapa banyak masyarakat Indonesia yang mampu melampaui
logika, seperti kebal dari senjata tajam atau lainnya.
Keyakinan
seperti itulah yang kita butuhkan untuk mampu bangkit keluar dari logika
seperti mewujudkan mimpi kita mampu bebas dari penjajah zaman dulu.
Bermimpilah.. Yakinilah... Niscaya tangan tuhan akan mewujudkannya...
wah artikelnya mantab sob.. lanjutkan menulis..
BalasHapusoke maz...
BalasHapussaya suka berita tentang atlantis, keep posting mas
BalasHapusthanks sob...
BalasHapusIkut menyimak kawan,terus berkarya untuk bangsa,Lanjutkannnnn
BalasHapuswah, amazingg :)
BalasHapusthanks sob dukungannya....
BalasHapuskeren banget infonya kak
BalasHapuswardah shop